JAKARTA, ANYARNEWS.COM – Menteri Dalam Negeri (Mendagri), MuhammadTito Karnavian Tito mengakui, Indonesia adalah salah satu negara dengan border atau batas yang cukup rentan bagi ilegal exit. Bahkan, tata geografis dengan dominasi laut ketimbang daratan, menjadi lahirnya kriminalitas.
“Negara sebesar Indonesia tidak mudah. Banyak terjadi peristiwa penyelundupan, narkotika, illegal trafficking, human trafficking, kemudian juga hal yang ilegal lain,” kata Tito saat webinar bersama Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Kamis (17/9/2020).
Karenanya, ada kesulitan dalam menjaga perbatasan nasional Republik Indonesia. Namun kelemahan tersebut menjadi ‘pekerjaan rumah (PR)’ dan diyakini Tito sebagai dorongan untuk lebih menjaga kedaulatan.
“Terdiri dari 17 ribu pulau, 3 timezone. Negara kita kalau andai petanya dipotong dan ditaruh istilahnya di Amerika Serikat, itu akan menutup dari San Fransisco di sebelah Barat sampai dengan New York di sebelah timur. Kalau kita taruh di Eropa dari Portugal sampai Moskow tertutup. The biggest archipelagic country in the world!” bangga Tito.
Karena itu, mantan Kapolri ini menekankan bahwa Indonesia harus memiliki kapasitas untuk menjaga dan mengamankan perbatasan. Penjagaan itu tak bisa dibandingkan dengan Singapura, negara pulau yang menurut dia sangat mudah menjaga perbatasannya.
“Jadi kita semua bangga dengan itu. Tapi sisi lain membuat tantangan bagaimana mengelola perbatasan itu, tidak gampang menjaganya,” demikian tegas Mendagri Tito Karnavian. (Aldo)
Discussion about this post