JAKARTA, ANYARNEWS.COM – Kalung bernama “AntiVirus Corona Eucalyptus” keluaran Kementerian Pertanian (Kementan), yang diklaim ampuh membunuh virus corona atau Covid-19 menuai polemik, mulai dari yang mendukung hingga sinis menanggapinya.
Terkait polemik kalung antivirus corona produk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan itu, mantan Wakil Ketua DPR RI Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) periode 2014-2019, Fahri Hamzah justru meminta agar Kementan diberikan kesempatan melakukan riset dan inovasi dalam penanganan Covid-19.
“Temuan (Kementan) tersebut tidak boleh menjadi bahan cemooh atau ejekan, lantaran bisa saja vaksin ditemukan di Indonesia yang memiliki jutaan tanaman herbal,” kata Fahri melalui keterangan tertulisnya, Selasa (7/7/2020).
Untuk itu, Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia ini menyarankan agar lembaga riset melakukan penelitian lebih lanjut terkait kalung eucalyptus itu.
“Saya yakin bukan tidak mungkin, vaksin virus corona yang saat ini sedang diteliti di seluruh dunia ternyata ada di Indonesia. Jadi biarkan, jangan mencemooh,” imbuhnya.
Kepada pemerintah, Fahri juga meminta agar mendukung riset dan inovasi yang dilakukan anak bangsa. Tentunya dengan meminta kepada semua lembaga riset yang ada seperti Eijkman dan Biofarma untuk mengcek benar atau tidak-nya produk Balitbangtan itu.
“Suruh itu lembaga Eijkman kita, suruh itu Biofarma cek benar atau tidak. Itu yang saya kira jadi salah satu PR kita ke depan,” papar Fahri seraya menyarankan kepada pemerintah agar temuan ini jangan dibawa ke WHO untuk suruh mengecek, karena WHO ini kan konspiratif.
Sebelumnya, Balitbangtan mengakui bahwa kalung antivirus corona bukanlah benar-benar antivirus corona, karena tidak pernah menjalani uji klinis. Meski begitu, produk eucalyptus ini diklaim berpotensi membunuh virus corona berdasarkan uji laboratorium.
“Sudah diujicoba kepada 16 pasien positif (Covid-19). Kami hanya me-record testimoni mereka tetapi tidak melakukan pengujian terhadap kondisi kesehatannya,” kata Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry dalam konferensi pers, Senin (6/7/2020) kemarin. (Aldo)
Discussion about this post